Pada Perjamuan Malam terakhir, Yohanes mencatat: Yesus tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Ia mengasihi para murid sampai kepada kesudahannya. Sebelum Yesus memasuki sengsara dan kematian-Nya, Yesus duduk dan menatap para murid yang duduk di sekitarnya, sebelum perjamuan dimulai. Yesus sadar bahwa ini adalah makan malam terakhir-Nya bersama mereka. Ia melihat orang-orang sederhana dan lemah. Petrus yang besar mulut, Yohanes dan Yakobus yang beremosi tinggi dan ambisius, Thomas yang peragu, Bartolomeus yang selalu kritis, Yudas yang praktis dan mudah tergiur uang. Sekalipun demikian, Yesus sungguh mencintai mereka.
Yesus sadar bahwa Ia akan menderita, sesuai dengan kehendak Allah, Bapa-Nya. Yesus pun sadar, bahwa Ia akan menanggung semua penderitaan itu karena kasih-Nya kepada para murid dan manusia. Perjamuan Terakir menjadi saat kala Yesus menunjukkan bahwa para pendosa itu berharga dimata-Nya. Tuhan Yesus meneruskan karya Allah, Bapa-Nya; yang bekerja keras disepanjang sejarah untuk menyelamatkan manusia. Dalam Perjamuan Malam, Yesus menunjukkan kepada para murid: sekalipun mereka pendosa, tetapi berharga dan layak dilayani oleh Tuhan. Lebih dari itu: mereka diberi makan roti rohani dan dibersihkan dari dosa dengan sengsara dan kematian Yesus. Itulah yang dilakukan Yesus kepada kita, setiap kali kita merayakan Ekaristi. Yesus mengasihi kita, melayani kita, memberi terang, arah hidup kepada kita. Ia menyerahkan diri, mengurbankan diri di kayu salib bagi kita, memberi hidup kepada kita. Jadi setiap kali kita merayakan Ekaristi, Tuhan mengasihi, melayani, memberi terang kepada kita. Tuhan juga menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan hidup kita. Tetapi kadang-kadang kita mengeluh, karena dalam Ekaristi kita merasa tidak mendapat apa-apa. Cuma mengantuk dan rasa bosan. Ada sebuah biara besar yang dahulu terkenal. Banyak orang muda melamar untuk menjadi anggota.
Kita kehilangan semangat dalam Ekaristi? … Jangan-jangan kita kehilangan Kristus dalam hidup kita.
Gereja mereka bergema oleh nyanyian indah para rahib dan banyak orang berbondong-bondong datang untuk menimba kesegaran rohani disana. Tetapi kini, biara itu kosong dan sepi. Hampir tidak ada anggota baru; orang tidak lagi berkunjung dan segelintir rahib yang bertahan melakukan tugas mereka dengan berat hati. Abbas, kepala biara itu, pergi menemui seorang petapa suci di pertapaannya.
Abbas bertanya: “Apa dosa kami sehingga biara kami mengalami kemerosotan seperti ini?”
Petapa itu menjawab: “Dosa ketidakpedulian!”
A: “Itu dosa seperti apa?ergetar oleh kidung suci dan riang dari para rahib yang mengumandangkan semangat kasih. Kita kehilangan semangat dalam Ekaristi? Semua berjalan membosan”
P: “Seorang dari kalian itu Mesias yang menyamar dan kalian tidak peduli akan hal ini!”
Abbas itu pulang dengan hari berdebar. Mesias kembali turun ke dunia dan berada di biaranya! Bagaimana mungkin dia, Abbas yang berpengalaman tidak mengenalinya? Siapa kira-kira dia itu? Bruder koki, bruder koster? Bruder ekonom? Rasanya bukan dia. Mereka penuh kekurangan. Tapi petapa itu mengatakan dia menyamar. Apakah cacat dan kelemahan itu bagian dari penyamarannya? Semua anggota biaranya punya cacat. Sesampainya di biara, ia mengumpulkan para rahib dan menceritakan pesan dari sang petapa itu. Mereka saling pandang dan tidak percaya. Mesias? Ada di sini? Salah satu dari kita? Rasanya sulit dipercaya. Tapi dia menyamar. Jadi bisa saja dia memang ada di sini. Tapi yang mana? Si inikah? Si itukah? Karena tidak dapat mengenal yang mana Mesias, maka mereka mencoba memperlakukan setiap orang dengan hormat dan baik. “Siapa tahu.” Kata mereka dalam hati, saat mereka bergaul satu sama lain di antara mereka. “Barangkali dia ini Mesiasnya.” Suasana di biara menjadi penuh semangat pelayanan. Suasana menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Tak lama, kembali orang-orang muda datang melamar untuk bergabung dan Gereja kembali bkan? Ekaristi tidak memberi pengaruh dalam hidup harian kita? Jangan-jangan kita kehilangan Kristus dalam hidup kita. Lihatlah orang-orang terdekat anda. Pandanglah orangorang di sekitar anda. Dapatkah anda kenali Kristus di antara mereka? Anda tidak menemukan Kristus di antara mereka?
Kalau begitu, mulailah membasuh kaki mereka. Karena pelayanan kasih yang kita lakukan, akan berikan memberikan terang kepada yang kita layani. Dan Kristus sendiri yang akan hadir dan memberikan hidup kepada semua yang kita layani. Sehingga kita akan menemukan Kristus hidup dalam diri mereka dan mereka akan menemukan juga Kristus hidup dalam diri kita.
Renungan Hans Widjaja Pr.
Renungan Mingguan